Fikroh.com - Doa yang dibacakan oleh khatib saat berkhutbah merupakan bagian dari rangkaian khutbah Jum’at. Oleh karena itu, aturan-aturan yang berlaku dalam pelaksanaan khutbah Jum’at juga diterapkan ketika khatib mengucapkan doa. Salah satu aturan yang diajarkan oleh Rasulullah saw dalam khutbah Jum’at adalah ketentuan yang berlaku saat berdoa.
Dalam masalah ini, kita akan membahas hukum mengangkat tangan saat berdoa dari dua sisi;
Pertama adalah hukumnya bagi khothib saat berdoa di khutbahnya. Maka disini, ada sebuah landasan hadits dalam shahih Muslim dan lainnya, dari haditsnya Imaroh ibn Ruaibah, dia mengatakan bahwa dia melihat Bisyr bin Marwan di atas mimbar sambil mengangkat kedua tangan, maka beliau berkata;
ﻗﺒﺢ اﻟﻠﻪ ﻫﺎﺗﻴﻦ اﻟﻴﺪﻳﻦ ﻟﻘﺪ ﺭﺃﻳﺖ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﺎ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﺑﻴﺪﻩ ﻫﻜﺬا ﻭﺃﺷﺎﺭ ﺑﺈﺻﺒﻌﻪ اﻟﻤﺴﺒﺤﺔ
"Semoga Allah memperburuk kedua tangan tersebut. Sungguh aku melihat Rasulullah ﷺ tidak lebih kecuali mengangkat telunjuknya."
Syaikhuna Said Al-Jabiri menyatakan;
اختلف شراح الحديث ﻫﻞ اﻟﻤﺮاﺩ ﻓﻲ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺑﺎﻟﺮﻓﻊ اﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﺭﻓﻊ اﻟﻴﺪﻳﻦ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻋﺎء ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻨﺒﺮ ﺃﻭ اﻟﻤﺮاﺩ ﺭﻓﻊ اﻟﻴﺪﻳﻦ ﻻ ﻭﻗﺖ اﻟﺪﻋﺎء ﺑﻞ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻜﻠﻢ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﺩﺃﺏ اﻟﻮﻋﺎﻅ ﻭاﻟﻘﺼﺎﺹ ﺃﻧﻬﻢ ﻳﺤﺮﻛﻮﻥ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻳﻤﻴﻨﺎ ﻭﺷﻤﺎﻻ ﻳﻨﺒﻬﻮﻥ اﻟﺴﺎﻣﻌﻴﻦ ﻋﻠﻰ اﻻﺳﺘﻤﺎﻉ؟
"Para pensyarah hadits ini berbeda pendapat, apakah maksud mengangkat tangan disini mengangkat kedua tangan ketika berdoa diatas mimbar, atau ketika ucapan biasa saja ketika memberikan nasehat sebagaimana yg dilakukan oleh penceramah yang menggerakkan tangan mereka ke kanan dan kiri untuk menarik perhatian pendengar ?"
والأقرب هو المعنى الثاني وهو كراهية رفع اليدين أثناء الكلام على المنبر والإشارة بهما يمينا وشمالا ﻭﻟﺬا ﺑﻮﺏ اﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﺑﺎﺏ اﻹﺷﺎﺭﺓ ﻓﻲ اﻟﺨﻄﺒﺔ ﻭﺑﻮﺏ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ اﻟﺮﺟﻞ ﻳﺨﻄﺐ ﻳﺸﻴﺮ ﺑﻴﺪﻩ فعلى هذا لا بأس برفع الخطيب يديه أثناء الدعاء للأدلة الكثيرة في استحباب الرفع كما سيأتي بعضها.
"Yang paling dekat dalam masalah ini, adalah tafsiran yang kedua. Yaitu dimakruhkan mengangkat tangan atau isyarat dengannya ketika bicara di atas mimbar di tengah khutbah. Oleh karenanya An-Nasai membuat bab 'Seseorang yg sedang khutbah yg berisyarat dengan tangannya'. Oleh karenanya, tidak masalah khothib mengangkat tangan ketika berdoa, karena banyak dalil yang mensunnahkan untuk mengangkat tangan ketika berdoa secara umum."
وفهم جماعة من العلماء المعنى الأول وهو أن الخطيب حال الخطبة يشير في الدعاء بالسبابة ولا يرفع يديه كما فهمه البيهقي والنووي وغيرهما.
"Sebagian ulama memilih tafsiran pertama, dimana khothib ketika khutbah saat doa; mengisyaratkan dengan jari tanpa mengangkat tangan, sebagaimana yg difahami oleh Al-Baihaqi, An-Nawawi, dan selainnya."
Kedua, hukum mengangkat tangan bagi makmum saat mengaminkan doa khotib jumat, maka jumhur ulama berpendapat disunnahkan. Dalilnya haditsnya Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda;
إن الله حيي كريم يستحي إذا رفع الرجل يديه إليه أن يردهما صفرا خائبتين
"Sungguh Allah Maha Pemalu lagi Maha Pemurah, jika seseorang mengangkat tangannya kepada-Nya lalu kembali dalam kondisi kosong dan kecewa." [HR.Abu Dawud]
Syaikhuna Said Al-Jabiri menyatakan;
وأما المأموم فيستحب له أن يرفع يديه حال دعاء الخطيب يوم الجمعة وهو قول جمهور العلماء خلافا للحنفية لما رواه أبو داود وحسنه
"Adapun makmum maka disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan saat doanya khotib hari jumat. Dan ini pendapat jumhur, kecuali madzhab Hanafiyyah. Dengan dalil hadits Abu Dawud yang dihasankan oleh beliau."
ويؤمن على دعاء الإمام بلا رفع صوت لما فيه من التشويش كما حاشية إعانة الطالبين
"Dan makmum mengaminkan doa imam tanpa mengangkat suara karena bisa menimbulkan kegaduhan sebagaimana disebutkan dalam Hasyiyah I'anatut Tholibin."
واﻟﺴﻨﺔ كذلك ﻟﻠﺤﺎﺿﺮﻳﻦ اﻻﺷﺘﻐﺎﻝ ﻭﻗﺖ جلسة الخطيب بين الخطبتين ﺑﺎﻟﺪﻋﺎء ﻟﻤﺎ ﺗﻘﺮﺭ ﺃﻧﻪ ﻣﺴﺘﺠﺎﺏ ﺣﻴﻨﺌﺬ كما قاله القاضي حسين وغيره أخذا من أن ساعة الإجابة يوم الجمعة حينئذ
"Dan disunnahkan pula bagi jamaah jumat yg hadir untuk berdoa ketika khotib duduk diantara dua khutbah, sebagaimana ucapan Al-Qodhi Husain sesuai pendapat yg menyatakan waktu itu adalah waktu ijabah doa."
قال ابن حجر في فتاويه: ﻭﺇﺫا اﺷﺘﻐﻠﻮا ﺑﺎﻟﺪﻋﺎء ﻓﺎﻷﻭﻟﻰ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺳﺮا ﻟﻤﺎ ﻓﻲ اﻟﺠﻬﺮ ﻣﻦ اﻟﺘﺸﻮﻳﺶ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻭﻷﻥ اﻹﺳﺮاﺭ ﻫﻮ اﻷﻓﻀﻞ ﻓﻲ اﻟﺪﻋﺎء ﺇﻻ ﻟﻌﺎﺭﺽ.
"Berkata Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Fatawa-nya; jika jamaah berdoa maka hendaknya melirihkan suaranya, karena kalau keras akan membuat gaduh, dan lirih lebih utama."
Oleh: Danang Santoso
Tags:
Khutbah