Fikroh.com - Militer Israel menyatakan sedang memastikan kemungkinan pemimpin gerakan Hamas Palestina, Yahwa Sinwar, meninggal dalam sebuah serangan di Jalur Gaza.
Israel, dalam pernyataannya pada Kamis (17/10), mengatakan bahwa tiga warga Palestina terbunuh selama operasi gabungan yang dilancarkan oleh militer dan dinas keamanan Shin Bet.
“Kami sedang memeriksa kemungkinan bahwa salah satu dari mereka adalah Yahya Sinwar,” kata militer Israel, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Siapa Yahya Sinwar, Sosok Paling Dicari Israel
Pasukan penjajahan Israel (IDF) menyatakan tengah memeriksa terbunuhnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar. Siapa orang nomor satu yang paling dicari Israel tersebut?
Yahya Sinwar dianggap oleh Israel sebagai otak dan dalang Serangan Badai al-Aqsa yang dipimpin Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas, pada 7 Oktober 2023. Serangan itu sangat mengejutkan dan sekaligus mematikan. Tidak kurang dari 1.200 personal militer dan warga Israel tewas dalam operasi yang berlangsung singkat, dan lebih dari 200 orang ditawan.
Israel Periksa Kemungkinan Telah Membunuh Pemimpin Hamas Yahya Sinwar
Namun, perburuan terhadap Sinwar sebetulnya telah berlangsung jauh sebelum Operasi Badai al-Aqsa. Pemerintah Israel bahkan menghargai kepalanya sebesar 400 ribu dolar AS. Ia ditunjuk sebagai kepala biro politik Hamas setelah pejabat sebelumnya, Ismail Haniyeh dibunuh Israel di Iran Juli tahun ini.
Lahir pada 1962 di Khan Younis, Sinwar sering digambarkan sebagai salah satu pejabat tinggi Hamas yang paling keras kepala. Ia ditangkap oleh Israel berulang kali pada awal tahun 1980-an karena keterlibatannya dalam aktivisme anti-pendudukan di Universitas Islam di Gaza.
Setelah lulus, Yahya Sinwar membantu mendirikan jaringan pejuang untuk melakukan perlawanan bersenjata terhadap Israel. Kelompok tersebut kemudian menjadi Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas.
Sinwar bergabung dengan Hamas sebagai salah satu pemimpinnya segera setelah kelompok itu didirikan oleh Shaikh Ahmad Yasin pada tahun 1987. Tahun berikutnya, ia ditangkap oleh pasukan Israel dan dijatuhi empat hukuman seumur hidup setara dengan 426 tahun penjara atas tuduhan terlibat dalam penangkapan dan pembunuhan dua tentara Israel dan empat tersangka mata-mata Palestina.
Ia menghabiskan 23 tahun di penjara Israel di mana ia belajar bahasa Ibrani dan menjadi ahli dalam urusan Israel dan politik dalam negeri. Ia dibebaskan pada 2011 sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan yang membebaskan tentara Israel Gilad Shalit, yang telah ditangkap oleh Hamas. Setelah dibebaskan, Sinwar dengan cepat naik pangkat di Hamas lagi. Pada tahun 2012, ia terpilih menjadi biro politik kelompok itu dan ditugaskan untuk berkoordinasi dengan Brigade Qassam.