Oleh: Ahmad Syahrin Thoriq
Rasulullah ﷺ adalah teladan yang sempurna dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam kesederhanaan dan kecintaan beliau terhadap benda-benda yang beliau miliki. Setiap barang yang digunakan oleh Rasulullah ﷺ bukan hanya sekadar menjadi alat, tetapi seperti memiliki makna tersendiri sehingga beliau sampai menamai beberapa benda tersebut.
Dengan mengetahui benda-benda yang beliau miliki, semoga bisa membuat kita semakin dekat dengan sosok yang agung ini, panutan dan suri tauladan bagi setiap orang yang beriman.
𝗦𝘂𝗿𝗯𝗮𝗻 : Surban adalah kain yang biasa dililitkan di kopiah atau langsung di kepala. Nabi ﷺ tercatat memiliki beberapa surban diantarannya :
• Surban Hitam – Nabi ﷺ sering memakai surban berwarna hitam, dalam riwayat surban hitam ini dipakai oleh Nabi saat Fathu Makkah (penaklukan Makkah). Dalam beberapa riwayat beliau berkhutbah dengan menggunakan surban yang berwarna hitam.
• Surban Putih – Selain hitam, Nabi ﷺ juga dikenal mengenakan surban berwarna putih.
𝗦𝗮𝗿𝘂𝗻𝗴 : Nabi ﷺ biasa memakai sarung, bahkan saat beliau wafat pakaian terakhir yang dikenakan adalah sebuah baju sederhana dan sarung dengan tenunan kasar. Dalam beberapa riwayat beliau jika memakai sarung maka ujungnya sampai ke tengah betisnya.
𝗦𝗲𝗹𝗲𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴 : Selendang yang dikenakan oleh Rasulullah ﷺ adalah kain panjang yang digunakan untuk menutupi sebagian tubuh, atau dililitkan di leher.
1. Selendang Hijau – Salah satu selendang yang dikenakan oleh Nabi Muhammad ﷺ adalah selendang berwarna hijau. Hijau adalah warna yang sangat dihormati dalam tradisi Islam, dan Nabi sering mengenakan selendang hijau dalam berbagai pertemuan atau acara keagamaan.
2. Selendang Putih – Nabi ﷺ juga sering memakai selendang berwarna putih. Selendang putih ini dipakai sebagai simbol kesucian dan kesederhanaan, serta digunakan dalam berbagai kesempatan sehari-hari.
3. Selendang dari Yaman – Dalam beberapa riwayat, Nabi ﷺ disebut mengenakan selendang yang berasal dari Yaman, yang terkenal karena kualitas kainnya. Selendang ini mungkin digunakan dalam acara-acara tertentu atau sebagai simbol kedekatan dengan berbagai budaya di wilayah Jazirah Arab.
4. Selendang Bergaris – Dalam beberapa riwayat hadits, Nabi ﷺ juga pernah memakai selendang dengan motif garis-garis. Salah satunya disebut dalam riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi pernah menyampaikan khutbah dengan mengenakan selendang bergaris-garis yang diikatkan di bahu.
𝗕𝗮𝗷𝘂 : Nabi ﷺ gemar memakai baju Qamis, yakni jubah panjang yang menutupi hingga pergelangan kaki dan tangan. Pakaian ini disukai oleh Nabi ﷺ karena kesederhanaannya dan kemampuannya menutupi tubuh dengan baik.
Beliau juga memakai baju Kiswah, yakni jenis pakaian yang lebih formal dan menutupi seluruh bagian tubuh. Beliau menggemari baju berwarna putih, pernah memakai baju berwarna lain seperti hijau, hitam dan termasuk merah bergaris-garis.
Saat beliau wafat meninggalkan dua baju dan sarung, dua baju sahara dan gamisnya, serta jubah buatan Yaman, baju putih dan kopiah kecil tiga atau empat.
𝗦𝗮𝗻𝗱𝗮𝗹 : Sandal beliau terbuat dari kulit, dengan dua tali pengikat yang melewati jari-jari kaki. Sandal ini sederhana yang umum digunakan di Arab pada masa itu.
𝗦𝗲𝗽𝗮𝘁𝘂 : Rasulullah ﷺ pernah memiliki sepatu yang berwarna hitam pekat, yang merupakan hadiah dari raja Najasyi. Beliau juga pernah memiliki sepatu dari bahan kulit yang disamak hadiah dari Dihyah.
𝗣𝗲𝗱𝗮𝗻𝗴 : Beliau memiliki sembilan bilah pedang yang dikenal, yaitu :
• Matsur, pedang ini merupakan salah satu pedang yang dimiliki Nabi ﷺ sebelum beliau diangkat menjadi rasul.
• Dzulfiqar, ini diperoleh sebagai rampasan perang pada Perang Badar, dari salah satu pejuang kafir Quraisy, Al-Ash bin Munabbih dari Bani Hajjaj As-Sahmiy. Pedang ini sangat terkenal dalam sejarah Islam. Pedang ini diwariskan kepada Sayyidina Ali, yang kemudian menggunakannya dalam beberapa pertempuran.
• Al Qodhib . Pedang yang ringan dan ramping, dikenal sebagai pedang pertama yang disandang oleh Nabi.
• Al Adhbu merupakkan pedang hadiah dari Sa'ad bin Ubadah. Digunakan oleh Nabi dalam beberapa pertempuran. Nama "Al-Adhbu" berarti "tajam" atau "memotong."
• Al Battar. Pedang ini dikenal sebagai "pedang para nabi" karena dianggap sebagai pedang yang juga digunakan oleh beberapa nabi sebelumnya. Dalam riwayat pedang ini yang digunakan dalam beberapa pertempuran besar.
• Al Hatf . Pedang ini dikenal dengan namanya yang berarti "maut."
• Al Mikhzam.
• Ar Rasub
• Al Qal'iy
𝗧𝗼𝗺𝗯𝗮𝗸 : Tombak beliau ﷺ bernama al Matswa dan al Mutsanni. Selain itu beliau memiliki beberapa lembing, yakni yang panjang bernama al Baidha’ sedangkan yang berukuran pendek bernama al Anazah.
𝗧𝗼𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁 : Beliau ﷺ memiliki tongkat yang diberi nama Al Mamsyuq juga yang bernama al Urjun dengan ukuran lebih pendek. Beliau juga mempunyai tongkat yang berujung melengkung yang panjangnya sehasta.
𝗕𝘂𝘀𝘂𝗿 : Busur beliau ada enam yang dikenal, yaitu : Al Zaura, ar Rauha, as Shafa, Asy Syauhat, al Katum dan as Sadad. Dan beliau memiliki wadah anak panah yang diberi nama : al Kafur.
𝗣𝗲𝗿𝗶𝘀𝗮𝗶 : Perisai atau tameng beliau ada yang bernama al Zaluq, ada yang bernama al Fatq dan lainnya.
𝗛𝗲𝗹𝗺 : Beliau memiliki dua topi besi yang diberi nama : As Sabugh dan al Muwassyah.
𝗕𝗮𝗷𝘂 𝗯𝗲𝘀𝗶 : Baju zirah beliau bernama : Dzatul Fudhul, Dzatul Wisyah, Dzaatul Hawaasyi, As Safidiyyah, Fiddhah, Al Batra.
𝗞𝗲𝗻𝗱𝗮𝗿𝗮𝗮𝗻 : Nabi memiliki kendaraan Kuda, unta, keledai dan lainnya.
Kuda :
1. As Sakb. Kuda yang ditunggangi Nabi saat Perang Uhud. Warnanya hitam dan putih.
2. Al Murtajiz. Kuda Nabi ﷺ dari Huzaimah bin Tsabit, yang kesaksiannya setara dengan dua orang laki-laki.
3. Al Lazzaz. Kuda hadiah dari Mauqauqis, Raja Mesir.
4. Al Lathif. Kuda hadiah dari Rabi'ah bin Abil Barra'.
5. Ath Tharab. Kuda hadiah dari Farwah al Jundzami.
6. Al Wardhu. Kuda hadiah dari Tamim Ad Dari.
7. Dhul Janah. Salah satu kuda terkenal Nabi Muhammad ﷺ.
8. Mulawwah. Namanya dikenal dalam beberapa riwayat.
9. Sakhr. Kuda yang disebutkan dalam beberapa riwayat sebagai tunggangan Nabi ﷺ dalam banyak kondisi.
10. Sirhan. Nama lain dari salah satu kuda Nabi yang disebut dalam beberapa sumber.
Bighal (Blasteran Kuda dan Keledai) :
1. Duldul. Bighal yang masih hidup ketika Nabi ﷺ wafat. Usianya tua, dan giginya telah tanggal.
2. Iliya. Bighal hadiah dari Raja Ayilah.
3. Fiddhah (Si Perak). Bighal hadiah dari Abu Bakar.
4. Farwah. Bighal yang dinaiki Nabi ﷺ saat Perang Hunain.
Keledai : Ya'fur. Keledai yang diberikan kepada Nabi ﷺ oleh Muqawqis, penguasa Mesir. Keledai ini sering digunakan Nabi untuk perjalanan jarak pendek.
Unta :
1. Al Qaswa'. Unta yang paling terkenal milik Nabi Muhammad ﷺ. Digunakan dalam peristiwa penting, termasuk hijrah ke Madinah, perjanjian Hudaibiyah, dan Haji Wada'. Al-Qaswa' dikenal sebagai unta yang sangat kuat dan setia.
2. Al 'Adba'. Unta ini memiliki kecepatan luar biasa dan sering memenangkan perlombaan unta. Suatu kali, ketika kalah dalam perlombaan, Nabi ﷺ memberikan pelajaran kepada sahabat bahwa tidak ada yang selalu di atas.
3. Al Jad'a. Unta lain yang dikenal sebagai tunggangan Nabi.
4. Al Shahba'. Unta lain yang digunakan Nabi dalam beberapa kesempatan.
Tunggangan lain : al Buraq adalah tunggangan khusus yang membawa Nabi Muhammad ﷺ perjalanan Isra' dan Mi'raj. Buraq adalah makhluk berkecepatan luar biasa, lebih kecil dari kuda tetapi lebih besar dari keledai.
𝗖𝗲𝗹𝗮𝗸 : Nabi shalallahu’alaihi wassalam memiliki batu ismit untuk bercelak ketika akan tidur.
𝗖𝗶𝗻𝗰𝗶𝗻 : Beliau memiliki cincin yang terbuat dari perak dengan mata cincin dari batu Habasyah. Sebagian riwayat menyebutkan mata cincinnya juga dari perak. Cincin beliau lainnya adalah yang berupa mata stemple bertuliskan Muhammad Rasul Allah.
𝗣𝗲𝗿𝗸𝗮𝗸𝗮𝘀 : Beliau memiliki gelas yang diberi nama ar Rayyan. Mangkok yang bernama al Gharra’, teko yang diberi nama as Shadir, tikar yang bernama al Kazz, gunting bernama al Jami’ dan cermin yang bernama al Mudillah.
Referensi :
_____________
• At Tirmidzi, Muhammad bin Isa. Asy Syamail al Muhammadiyyah. Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah, 1983.
• Al Baihaqi, Ahmad bin Husain. Dala'il An Nubuwwah. Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah, 1985.
• Ibn Sa'ad, Muhammad. At Tabaqat al Kubra. Beirut: Dar Sadir, 1968.
• Al Qadhi 'Iyadh, Abu al Fadl. Asy Syifa bi Ta'rif Huquq al Musthafa. Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah, 2002.
• Ibn Kathir, Ismail bin Umar. Al Bidayah wa Nihayah. Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah, 1987.
• Ash Shanwani, Yusuf bin Ismail an Nabhani. Wasa’il al Wushul ila Syama’il al Rasul. Beirut: Dar al-Kutub al Ilmiyyah, 1998.
Tags:
Sirah