Fikroh.com - Materi-materi Halaqah HSI Silsilah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam. Materi HSI ini disajikan per-halaqah. HSI silsilah kitab Fadhlul Islam. Kita akan mulai dari materi HSI Halaqah 2 (pertama) yang berisi -Tafsir Basmalah dan Hikmahnya Bagian 1- Halaqah yang kedua (2) dari Silsilah Ilmiyah Penjelasan Kitab Fadhlul Islam yang dikarang oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
HSI Silsilah Pembahasan Kitab Fadhlul Islam – Halaqah 2 Tafsir Basmalah dan Hikmahnya Bagian 1
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Halaqah yang ke dua dari Silsilah Ilmiyyah Penjelasan Kitab Fadhlul Islam yang dikarang oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Beliau mengatakan,
بسم الله الرحمن الرحيم
Memulai kitabnya dengan basmalah.
Pertama mengikuti apa yang dilakukan oleh Allah ﷻ di dalam Al Qur’an karena ayat yang pertama di dalam Al Qur’an adalah
بسم الله الرحمن الرحيم
Para ulama berselisih pendapat apakah basmalah tersebut ayat yang pertama dari Al-Fatihah ataukah ayat yang pertama adalah ayat selanjutnya yaitu – الحمد لله،…- dan ini adalah masalah ijtihadiyah, tapi mereka sepakat bahwasanya yang pertama kali Allah ﷻ sebutkan di dalam Al Qur’an adalah basmalah.
Oleh karena itu ini adalah sebuah kitab juga, Al Qur’an adalah Al Kitab
۞ ذَ ٰلِكَ ٱلۡكِتَـٰبُ لَا رَیۡبَۛ فِیهِۛ هُدࣰى لِّلۡمُتَّقِینَ
[QS Al-Baqarah 2]
Sebagaimana Allah ﷻ memulai kitabnya dengan basmalah maka mushannif memulai kitabnya juga dengan basmalah.
Kemudian yang ke dua mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasullah ﷺ karena Beliau di dalam surat-suratnya kepada para raja yang ada di zaman Beliau, mengirim surat kepada Hirokel kepada Koisor, Muqawqos dan raja-raja yang lain maka Beliau memulai kitabnya dengan – بسم الله الرحمن الرحيم – dan itu adalah risalah sebuah surat yang isinya adalah dakwah dan apa yang kamu Beliau tulis di sini hakikatnya dia adalah risalah karena di sini
“بسم الله الرحمن الرحيم، من محمد رسول الله إلى هرقل عظيم الروم، سلام على من اتبع الهدى، أما بعد، فإني أدعوك بدعاية الإسلام أسلم تسلم، وأسلم يؤتك الله أجرك مرتين، وإن توليت فإن عليك إثم الأريسيين
Kemudian Beliau membaca,
۞ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ﴾ [QS Al Imran 64]
Syahidnya di sini Beliau menulis kitabnya dengan – بسم الله الرحمن الرحيم – dan kitab yang ditulis oleh pengarang hakikatnya dia adalah sebuah surat yang ditunjukan kepada kita dan dia adalah berisi tentang dakwah karena dakwah terkadang dengan lisan dan terkadang dengan tulisan.
Di sini beliau sedang berdakwah menulis sebuah surat yang isinya adalah dakwah untuk manusia, karena ini adalah juga surat dakwah maka beliau memulai surat dakwah beliau ini dengan – بسم الله الرحمن الرحيم – dan hikmah atau faedah dan tentunya Allah ﷻ lebih mengetahui tentang hikmah juga faedahnya, memulai kitab dengan – بسم الله الرحمن الرحيم – yang pertama maksudnya untuk bertabaruk mencari keberkahan, mencari banyaknya kebaikan. Bagaimana caranya mencari keberkahan, dengan cara memulai kitannya dengan menyebut nama Allah ﷻ karena di dalam Al Qur’an Allah ﷻ mensifati namanya dengan keberkahan.
Allah ﷻ mengatakan,
۞ تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ [QS Arrohman 78]
Tabarok artinya adalah berbarokah. Apa yang berbarokah? nama dari Rabb-mu, – اسْمُ رَبِّكَ ذِي – di sini adalah mufrad yang disandarkan -diidhofahkan, maka dia faedahnya adalah umum artinya seluruh nama Allah ﷻ. Jadi seluruh nama Allah adalah nama yang berbarokah sebagaimana ketika kita memahami firman Allah ﷻ
۞ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ [QS an Nahl 18]
Ni’mah satu saja – نِعْمَةَ اللَّهِ – karena di sini mufrad disandarkan maka maksudnya adalah seandainya kalian menghitung nikmat-nikmat Allah (umum) dan di sini ism juga disandarkan maka dia umum, maka dia seluruh nama Allah ﷻ adalah nama yang berbarokah, nama yang membawa kebaikan yang banyak, diantara keberkahannya kalau kita menyebutkan nama Allah ﷻ di dalam do’a, maka ini menjadi sebab dikabulkannya do’a seseorang.
۞ وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا…. [QS Al A’rof 180]
Diantara keberkahannya barangsiapa yang mengikhso /menghafal, memahami maknanya, mengamalkan isinya, maka ini menjadi sebab masuknya dia ke dalam surga.
إن لله تِسْعَةً، وتِسْعِينَ، اسْمًا، مِائَةً إلا واحدا مَنْ أَحْصَاهَا دخل الجنة
Sesunguhnya Allah mempunyai 99 nama (100 kurang 1) barangsiapa yang mengikhso nama-nama tersebut maka dia akan masuk ke dalam surga.
Menunjukan bahwasanya nama-nama Allah ﷻ adalah merupakan nama-nama yang berbarokah. Barangsiapa yang mengikhsonya maka dia akan masuk ke dalam surganya Allah ﷻ.
Dan orang yang memahami nama-nama Allah ﷻ kemudian dia mengamalkan konsekuensi-konsekuensi dari nama-nama tersebut maka dia akan merasakan ketenangan, ketentraman di dalam hidupnya.
۞ … ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ[QS Ar Rad 28]
Ketahuilah bahwasanya dengan menyebut nama Allah ﷻ maka hati kita akan menjadi tenang.
Kalau memang kita mengetahui bahwsanya nama-nama Allah ﷻ adalah nama-nama yang berbarokah maka tentunya kita ingin memulai penulisan kitab dengan nama-nama yang berbarokah tersebut, kita mengatakan
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan menyebut nama Allah.
Maka dengan demikian seseorang telah memulai kitabnya ini dengan menyebut nama-nama Allah ﷻ yang berbarokah. Sehingga dia berharap semoga apa yang ditulis ini menjadi tulisan menjadi kitab yang diberkahi oleh Allah ﷻ.
Diturunkan di dalamnya berkah. Bagaimana diturunkan di dalamnya berkah? Menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat berfaedah bagi manusia, mudah dipahami oleh mereka, tersebar semangat seseorang untuk mempelajarinya, semangat seorang guru untuk mengajarkannya kepada orang lain, semangat manusia untuk membeli dan memahami kitab tersebut.
Siapa yang menancapkan di dalam hati-hati mereka untuk mempelajarinya, semangat untuk menyebarkannya? Tidak lain kecuali adalah Allah ﷻ.
Maka ini adalah kitab yang berbarokah, mudah difahami, banyak orang yang mendapatkan hidayah diterima oleh manusia bukan hanya sekedar best seller saja tapi dia menjadi sebab banyaknya orang mendapatkan hidayah, itu yang diinginkan bahkan termasuk keberkahannya dia adalah keberkahan karena makna berkah adalah banyak manfaatnya dan langgeng.
Beliau sudah meninggal semenjak 200 tahun yang lalu, ini bukan waktu yang sebentar, tapi kitabnya terus dipelajari oleh manusia, terus ditahqiq dihafal dan mereka semangat menghafal kitab-kitab tersebut. Maka ini menunjukan keberkahan. Adapun kitab-kitab yang best seller tadi mungkin setelah meninggal pengarangnya dia langsung bukan menjadi best seller.
Keberkahan yang sebenarnya ketika keberkahan tersebut adalah langgeng, baru dinamakan dengan sesuatu yang berbarakoh.
Ini yang diinginkan, kita ingin mengarang kitab dan kalau dia semakin berbarokah maka semakin banyak pahala yang kita dapatkan sebagaimana di dalam hadits,
إِذَا مَاتَ إبن أدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ
Apabila anak Adam meninggal dunia maka akan terputus seluruh amalannya kecuali 3 perkara.
Diantaranya به عِلْمٍ يُنْتَفَعُ – ilmu yang diambil manfaatnya oleh manusia dan ini kalau kita ingin mendapatkan yang demikian caranya dengan menulis. Kalau di zaman sekarang alhamdulillah ada rekaman, kalau di zaman dahulu tidak ada cara lain untuk supaya tetap ilmunya ini dimanfaatkan orang kecuali dengan cara menulis, sehingga para ulama mereka bersemangat untuk menulis diantaranya adalah ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat yang terus mengalir pahalanya meskipun ditinggal mati oleh yang memilikinya.
Ini adalah termasuk kecerdasan. Orang yang cerdas tentu bukan orang yang hanya sekedar pandai dengan ilmu dunia tapi orang yang cerdas sebenarnya adalah orang yang beramal untuk akhiratnya, karena dia ingin mendapatkan pahala yang banyak padahal waktunya hanya sempit/sebentar, umurnya hanya sedikit bagaimana dia bisa terus mengalir kepadanya pahala tersebut sementara dia sudah meninggal dunia.
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ
Orang yang cerdas itu adalah yang memuhasabah dirinya dan dia beramal untuk apa yang akan terjadi setelah kematiannya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, semoga bermanfaat, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته