Kekuatan Muhammadiyah Melampaui Sembilan Naga, dengan Potensi Market Cap 4000 Triliun

Kekuatan Muhammadiyah Melampaui Sembilan Naga, Menurut Sekretaris Jenderal SUMU


Fikroh.com - Sekretaris Jenderal Serikat Usaha Muhammadiyah (Sumu), Ghufron Mustaqim, menyatakan bahwa kekuatan Muhammadiyah jauh melebihi yang dikenal sebagai “sembilan naga.” Dalam sambutannya di Kopdar Nasional Sumu ke-2 di SM Tower, Yogyakarta, pada 21-22 September 2024, Ghufron menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah “naga terbesar” di Indonesia.

Ghufron menyebutkan bahwa jika valuasi pasar Muhammadiyah dihitung, nilainya mencapai 4.000 triliun rupiah, yang lebih besar dari 12 perusahaan nasional terbesar di Indonesia. Ia menambahkan, potensi pasar Muhammadiyah bisa mencapai 4.000 triliun rupiah, berdasarkan perhitungan konservatif yang mengalikan berbagai variabel.

Perhitungan ini, menurut Ghufron, didasarkan pada pengalaman panjangnya di bidang keuangan dan investasi. Ia berharap informasi ini dapat meningkatkan rasa syukur dan kepercayaan diri para kader Muhammadiyah dalam mengembangkan usaha.

“Saya menyampaikan ini agar kita bersyukur sekaligus percaya diri. Jangan sampai kader Muhammadiyah merasa rendah diri. Muhammadiyah, dalam ukuran materi, adalah naga terbesar di Indonesia,” tegasnya.

Ghufron juga memotivasi anggota Sumu untuk terus mengembangkan bisnis, menyoroti peluang Muhammadiyah sebagai penggerak ekonomi bangsa. Ia berambisi untuk menempatkan anggota Sumu di jajaran 100 orang terkaya di Indonesia, dengan target 30 di antaranya adalah anggota Sumu.

Acara Kopdar Nasional ini diharapkan menjadi momentum bagi anggota Sumu untuk berbagi ide dan strategi, serta memperkuat jaringan ekonomi yang berlandaskan nilai-nilai Muhammadiyah. Ghufron menekankan pentingnya optimisme dan kesadaran akan potensi besar Muhammadiyah untuk memotivasi semua anggotanya.

Muhammadiyah Jadi Pionir Jihad Ekonomi di Indonesia


Muhammadiyah telah mengelola banyak aset, menunjukkan kekuatan ekonominya dan potensi sebagai pionir gerakan jihad ekonomi serta ekonomi jamaah di Indonesia. Organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini terus berkembang berkat keikhlasan anggotanya dan inovasi dalam memaksimalkan amal usaha.

Pada Muktamar ke-46 Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 2010, Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) didirikan untuk mengawasi dan mendukung program ekonomi Muhammadiyah. Ini menegaskan komitmen Muhammadiyah untuk aktif dalam bidang ekonomi dengan pendekatan yang terarah.

Riduwan, anggota Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah, menyatakan bahwa salah satu fokus program menjelang Muktamar ke-48 di Surakarta adalah memperluas sayap usaha Muhammadiyah dan memperkuat ekonomi jamaah. Upaya ini merupakan reinterpretasi teologi al-Maun dalam konteks ibadah muamalah dan menjadi medium utama dakwah Islam Berkemajuan.

“Dakwah tidak hanya membutuhkan ibadah mahdlah; ibadah ghair mahdlah seperti jihad ekonomi juga penting. Kita semua menyadari bahwa dakwah memerlukan dana dan tidak bisa dilakukan secara gratis,” ungkap Riduwan dalam acara Gerakan Subuh Mengaji yang diadakan oleh Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat pada Selasa (01/03). 

Dengan langkah-langkah ini, Muhammadiyah berupaya untuk meningkatkan kontribusi ekonomi anggotanya dan mengoptimalkan potensi yang ada dalam rangka memperkuat dakwah dan pelayanan masyarakat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama